.:cuRhaT kku..., senJa itu,,,.:

Senin, 15 Desember 2008

Malam itu, tanggal 13 Desember 2008...

Kami, terpaksa harus berjalan.
Awalnya, sekitar tiga puluh dua manusia.
Tapi berkurang menjadi 7 kaum adam dan 6 kaum hawa.

Kami berjalan menyusuri malam yang dingin dan cuaca yang tak bersahabat.
Langit pun seakan tak mau kalah. Ia menurunkan rintikan-rintikan air yang seolah mewakili mata ku yang berair.

Badan kami menggigil. Namun kami tetap berjalan.
Tak jarang, jika genangan air membasahi pakaian bagian bawah kami.
Namun kami tetap berjalan.

Dalam jalanku itu, aku menahan emosi yang tak bisa kutahan. Aku ingin memuntahkan nya, tapi itu tak mungkin. Emosi itu hanya bisa aku luapkan lewat air mata yang tak bisa keluar.

Hanya Dia yang bisa benar-benar mengerti keadaan ku saat itu.
Tapi aku terlalu malu pada-Nya.

Bukan hanya badan ku yang remuk, karena berjalan selama kurang lebih tiga jam.
Tapi hati dan jiwa ku juga berlomba untuk hancur.
dia benar-benar tak mau mengerti ku. Ia mengacuhkan ku begitu saja.

Aku tau rasa sayang pada bukan muhrim itu sudah fitrah dari-Nya.
Tapi aku menyayangi muslim yang sama skali tak menghiraukanku.

Aku ingin mencintai muslim karena Allah.
Tapi ini belum saatnya. Aku masih terlalu dini untuk itu.
Masih banyak mimpi lain yang harus kekejar.
Sejam... dua jam...
Kami masih tetap berjalan.

Namun akal dan hati ku tak bisa diajak kerja sama.
Emosiku tak bisa kuredam.

Dan ”hal itu” terjadi juga.

Aku tak bisa mengontrol diriku.
Aku merasa kalut.
Aku berteriak keras, tapi hanya dalam hati. Yang mengakibatkan tubuhku terasa kaku. Nafasku pun susah tuk ku atur. Aku ingin pingsan, tapi aku tak bisa.

Semua aku pasrahkan pada-Nya.

Satu menit... Dua menit...
Perlahan, aku mencoba membuka mataku. Walau berat, namun kupaksakan.

Tiga menit... aku mulai bisa mengendalikan diriku.
Tubuhku mulai bisa digerakkan. Dan kupaksakan untuk berjalan lagi.

Empat menit... lima menit...
Semua kembali normal.
Aku dan mereka kembali berjalan.

Mungkin perasaan mereka sama dengan sebelumnya.
Tapi aku tak merasa hati ku makin membaik.

Langit mengurangi airnya. Hujan pun menjadi gerimis.
Tapi air mataku semakin deras mengalir.

Kucoba menahan semua dalam tundukanku.
Namun lagi-lagi aku tak kuasa.

Angin malam masuk tanpa permisi dalam relung palung tubuhku.
Membuatku semakin menggigil.

Dan perjalanan kami semakin dekat dengan tujuan.
Dua kaum hawa berhenti berjalan dan menumpang di kendaraan teman nya.
Namun kami, sebelas anak manusia itu masih setia menapaki jalan yang basah.


Sdari tadi ada seuatu yang mengusik berberapa orang dari kami.
Yang kami ributkan adalah, karena kami terdiri dari kaum adam dan hawa yang sedang menyusuri malam bergaun gelap.
Kami tak ingin jika orang memandang miring tentang kami. Aku_dan satu temanku_ payah susah mengingatkan mereka. Tapi ada beberapa anak manusia yang tetap saja begitu. Termasuk dia dan cewek itu.

Dan itu, salah satu penyebab membuat aku tak bisa meredam emosiku.

Tak terasa, tinggal beberapa langkah lagi kami sampai pada tujuan.
Setelah sejumlah kekacauan dan kepenatan yang kami alami.

Dari kejauhan terlihat gerbang tempat kami seharusnya berteduh.
Akhirnya, kami bisa ”tersenyum” dan bernafas lega.

Malam itu sungguh, benar-benar malam yang tak bisa aku lupakan.
Tapi bagaimana pun juga, aku HARUS dan HARUS MELUPAKAN NYA!
Read More…

0 komentar: